Jumat, 20 Maret 2015

Kami "Mungkin" Bukan Calon Ibu Rumah Tangga Impian



Melihat kenyataan para ibu yang berjuang untuk pulang lebih cepat, mengejar bus jemputan, mengejar busway, mengejar metromini agar tidak terkena macet parah. Berusaha pulang lebih cepat agar bisa bertemu anak-anak dan suami mereka. Memanfaatkan waktu istirahat di jam kerja untuk “pumping” demi perjuangan agar ASI untuk sang buah hati selalu tercukupi.

Melihat kenyataan bahwa mereka harus jauh dari keluarga karena “paksaan” sistem mutasi rutin di instansi kami (DJP). Bagi kami sudah tidak asing lagi mendengar kisah-kisah perjuangan LDM “Long Distance Married”. Berjauh-jauhan dengan keluarga, bahkan ketika mereka hamil sekalipun. Toleransi memang ada untuk para istri yang ingin berpindah unit kerja untuk mengikuti suami, tapi itu akan menjadi hal yang amat luar biasa “susah” bila bisa “dikabulkan” oleh bagian kepegawaian instansi kami. Dan saya sering berkaca pada diri sendiri bahwa saya pun akan merasakan hal yang sama dengan apa yang mereka rasakan saat ini. Ada kekhawatiran itu pasti, ada ketakutan, itu sudah jelas. Lantas bagaimana saya harus menghadapi itu di masa datang bila saatnya sudah tiba??
Untuk mereka para lelaki yang bisa menerima kami pastilah mereka adalah lelaki yang berjiwa besar. Karena
  1. Kami bukan calon ibu rumah tangga impian, karena kami bukan calon ibu rumah tangga seutuhnya. Selain sebagai calon ibu rumah tangga kami juga memiliki peran sebagai wanita karir yang berangkat pagi dan pulang paling cepat sebelum maghrib.
  2. Kami memiliki kepastian untuk berpindah unit kerja, bahkan mungkin berpindah kota. Karena sistem mutasi rutin instansi kami yang mengharuskan hal tersebut. Bisa jadi kami berjauhan dengan suami dalam waktu yang tidak bisa kami tebak.
  3. Kami mungkin tak bisa menyiapkan sarapan enak di pagi hari, karena kami juga memiliki keterbatasan waktu untuk menyiapkan itu semua. Kami harus mengejar absen agar tidak terlambat. Terlambat berarti menanggung risiko mengganti jam keterlambatan yang mengakibatkan pulang lebih sore yang artinya akan sampai di rumah lebih malam.
  4. Kami mungkin hanya bisa menjadi ibu rumah tangga seutuhnya di hari sabtu dan minggu. Karena hari itulah kami memiliki waktu 24 jam di rumah.
  5. Kami mungkin harus berjuang keras mengumpulkan ASI demi sang buah hati.
  6. Kelak kami mungkin juga tidak bisa mengantar dan menjemput anak ke sekolah.
  7. Kami hanya berharap dukungan bahwa kami juga bisa menjadi calon Ibu rumah tangga plus wanita karir yang bisa membahagiakan keluarga kami kelak.

Tapi kekhawatiran dan ketakutan yang saya alami seketika hilang ketika melihat kenyataan bahwa anak-anak mereka bisa tumbuh berkualitas meski ibu mereka bukan ibu rumah tangga seutuhnya. Keluarga mereka pun menjadi keluarga yang bahagia. Anak-anak mereka yang bisa bangga kepada sang ibu. Ada saja jalan yang terbaik yang diatur Sang Kuasa. Mereka kuat dan bisa menghadapi kenyataan hidup yang dimana mereka tidak merasakan kondisi keluarga layaknya keluarga normal lainnya. Saya yakin di hati terdalam para kaum adam, pastilah mengingingkan istrinya menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Yang bisa melayani keluarga kapan saja. Hidup memang pilihan, inilah jalan yang kami pilih. Menjadi calon ibu rumah tangga plus wanita karir.

Kekhawatiran saya juga mulai memudar kala ibu saya mendukung saya untuk bekerja, alasan yang mungkin selalu saya pegang ketika ibu saya mengatakan ‘jadi wanita setidaknya punya pegangan pekerjaan meskipun hanya pekerjaan biasa, umur siapa yang tahu bila suami meninggal lebih dulu, lalu siapa yang akan menompang kebutuhan anak-anak. Masih perlu biaya hidup, pendidikan, dll’. Mungkin benar juga apa yang ibu saya katakana, lebih berpikir realistis, karena kenyataannya ibu saya juga seorang wanita karir, meski hanya seorang guru SD yang berpenghasilan pas-pasan. Beliaulah yang membantu kehidupan kami yang pas-pasan saat itu. Berjuang keras untuk membiayai ketiga anaknya hingga mengenyam pendidikan perguruan tinggi, meski kami hanya dibolehkan masuk di universitas terdekat yang bukan merupakan universitas impian kami kala itu. Pada akhirnya ada jalan tersendiri yang  telah diatur oleh-Nya hingga saya bisa berada dititik ini, disini, bergabung bersama instansi yang mungkin bisa memberi kebanggaan bagi ibu saya. Seribu kali berterimakasih kepada ibu tercinta mungkin tak cukup mengganti perjuangan beliau. Kali ini mungkin saatnya rezeki keluarga mengalir lewat saya, semoga ini semua menjadi rezeki yang halal dan berkah..Aamiin.. 

Kepada kalian, Wahai siapa pun Jodohku, inilah yang akan kamu terima. Namun jangan cintai aku apa adanya, tuntutlah sesuatu biar kita jalan ke depan..(hehe..lagunya Tulus banget ini mah). Kami akan selalu berusaha menjadi calon istri terbaik bagimu (. I will be the best for you…(kalo ini lirik lagu ‘kekasih halalmu’ hihii)..

Terimakasih bagi kalian yang mau siap untuk berjiwa besar, karena seperti inilah kehidupan kami saat ini, dan gambaran kehidupan ke depan bila kita dipersatukan kelak..




1 komentar:

  1. Assalamualaikum.wr.wb. perkenalkan nama saya Ibu Anita Tki Malaysia, saat menulis ini saya teringat memory masa lalu.saya sangat tergugah hati melihat coretan hati yang Ibu tulis. saya jadi teringat tentang masa-masa sulit dulu,karena iktiar dan usaha , seolah2 menjadi dendam bukan lagi motivasi, cuma satu tujuan saya pada saat bagaiman caranya untuk bangkit..singkat kata berbagai macam iktiar dan cara yang saya lalui, mengingat pada saat itu hutang saya 1,2m yang tidak sedikit, belum lagi bunga renternir yang bertambah. karena usaha, kesungguhan hati, akhirnya menemukan jalan /solusi . saya percaya ALLAH ITU TIDAK DIAM MAHA PENYAYANG , cobaan itu bukan lah ujian tapi hadiah yang tersilmut untuk kebahagiaan yang sebenar2nya. Sudah banyak para normal yg kami mintai angka togel dan uang gaib cuma Ki Witjaksno yg berhasil alhamdulillah itu betul-betul terbukti tembus. jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi Ki Witjaksno:0852_2223_1459. ingat kesempatan tidak akan datang untuk yang kedua kalinya
    KLIK->~~PESUGIHAN TOGEL~~

    BalasHapus