Senin, 08 Februari 2016

Sabtu Bersama Bapak VS Letters to Karel



Sabtu Bersama Bapak

foto: koleksi pribadi

Adalah cerita fiksi yang ditulis oleh Adhitya Mulya. Dua anak laki-laki bernama Cakra dan Satya yang kehilangan sosok Ayah disaat mereka belum mengerti apa arti hidup. Ayah mereka divonis terkena kanker dan hanya memiliki waktu kurang lebih satu tahun untuk bisa bertahan melawan penyakitnya. Dalam persiapan menghadapi satu tahun tersebut, Sang Ayah memberikan pesan melalui video yang ia buat semasa sisa hidupnya. Video pesan hidup untuk bekal kedua anaknya, video yang mengajarkan tentang bagaimana menjadi anak laki-laki yang baik, bagaimana mencari pasangan yang baik, bagaimana mempersiapkan pernikahan, bagaimana menjadi suami yang bisa membahagiakan istri, dan bagaimana menjadi ayah yang baik. Video ini selalu diputar di hari sabtu. Melalui video inilah cara sang Ayah mendidik anak-anaknya bahkan ketika ia sudah tak lagi hidup. Cara sang Ayah untuk mempersiapkan hidup ke depan bagi anak-anaknya. Serta cara sang Ayah agar anak-anaknya bisa selalu meresa dekat dengannya.

Selang-seling cerita antara Satya dan Cakra. Satya yang meragukan dirinya sendiri akan perannya sebagai suami dan ayah untuk ketiga anaknya. Keraguan untuk membahagiakan istrinya karena pekerjaannya yang menuntut jarak dan waktu. Begitu pula Cakra yang dipusingkan dengan pencarian jodoh. Dan juga sosok ibu yang kuat dalam menjalani hidup menjadi single parent dalam mendidik anak-anaknya hingga sukses dan memiliki pekerjaan yang mapan.

Buku ini memberikan pesan-pesan untuk menjadi seorang Suami dan Ayah yang baik. Membaca buku ini membuat saya berandai-andai bahwa jika suatu saat suami saya terlebih dulu meninggalkan saya. Apa yang harus saya lakukan untuk membuat anak-anak kelak memiliki karakter yang kuat? Menjadi anak-anak yang tidak kehilangan kasih sayang seorang Ayah. Juga bagaimana memperkirakan dan menghadapi risiko apa yang akan terjadi di masa depan yang akan dialami oleh anak-anak. Masa depan tidak bisa kita perkirakan dan tentunya umur juga sudah ditetapkan oleh-Nya bukan? Apapun mungkin dapat terjadi pada siapapun.. aahhh saya banyak berandai-andai rupanya  nih,,hehe..

Letters to Karel

“Tidak semua yang hilang dari kita, harus kita cari kembali. Ada banyak kehilangan yang cukup kita hadapi dengan kerelaan”

Tentang kebahagian dan kehilangan yang datang di waktu bersamaan. Kebahagian menjadi seorang ayah sekaligus kehilangan seorang istri. Kisah nyata yang di tuliskan oleh Nazrul Anwar, single parent yang ditinggalkan oleh istrinya ketika melahirkan buah hati mereka. Sosok Ayah yang selalu berjuang untuk sesuatu apapun yang terbaik untuk anaknya, Karel. Berjuang mendapatkan ASI untuk Karel. Mengumpulkan dan menyeleksi pendonor ASI untuk Karel. Buku ini merupakan kumpulan surat Ayah untuk anaknya yang berisi tentang pesan-pesan hidup, serta mengenalkan sosok sang Ibu agar Karel merasa dekat dengan ibunya. Bagian yang paling saya suka adalah di di dalam buku ini terdapat pengetahuan yang saya dapatkan, bahwa perjuangan dengan niat baik selalu dimudahkan oleh-Nya. Perjuangan Ayah untuk mendapatkan pendonor ASI sebanyak 30 ibu pendonor, dengan selektif memilih yang terbaik. Tak mudah rasanya bagi seorang Ayah yang juga harus memiliki peran “pengganti” sementara untuk menjadi ibu. Di dalam suratnya ia memperkirakan risiko-risiko masa depan ketika anaknya mulai beranjak dewasa untuk mengetahui apa arti hidup. Memperkirakan perbedaan pendapat dengan anaknya mengenai saudara sepersusuan. Antisipasi untuk membuat daftar nama anak-anak dari 30 ibu pendonor jika suatu saat Karel berbeda pendapat dengan Ayahnya tentang saudara sepersusuan yang tidak boleh dinikahi. Juga tentang memberi pengertian secara rasional bahwa manusia memiliki kewajiban untuk saling mencintai, mencari pengganti sosok ibunda. Bahwa hidup bukan dengan siapa kita hidup namun mengenai bagaimana kita menghadapinya dengan siapapun. Bahwa Karel berhak untuk mendapat kasih sayang seorang ibu. Bahwa seorang anak harus berbakti kepada orang tua meskipun mereka sudah tiada. Bahwa untuk menjadi anak yang berbakti, ia harus memiliki hati lembut dan selalu dekat dengan sang Maha Pencipta. Dan kehilangan bukan berarti kondisi dimana kita menyalahkan Sang Maha Kuasa. Orang yang mau menerima kehendak-Nya adalah orang yang akan mudah menjalani hidup.

foto: koleksi pribadi


“Dan jika Alloh sudah berkehendak, seburuk apapun kehendak-Nya menurut kita, percayalah, bahwa menerima selalu menjadi pilihan paling baik. Karena menolak kehendak-Nya hanya akan membuat hidup kita semakin sulit. Karena hanya dengan menerima, kita bisa merasakan bahwa Alloh selalu memberikan yang terbaik bagi kehidupan kita” (Halm 34).

Kita tidak bisa memilih untuk memiliki orang tua seperti apa, tidak bisa memilih hidup di keluarga seperti apa. Juga ketika kehilangan sosok ibu ketika kita dilahirkan. Karena Alloh sudah sedemikian rupa menetapkan siapa orang tua kita dan siapa anak-anak kita. Bahkan kita tidak diberi kesempatan untuk memilihnya. Memilih tidak selalu baik. Banyak orang yang salah dalam mengambil pilihannya. Dalam hal-hal tertentu Alloh tidak memberikan kesempatan kita untuk memilih. Jika Alloh tidak memberi kesempatan itu untuk memilih, artinya Alloh yang bertanggung jawab langsung. Alloh yang menjaminnya. (Halm. 103)


Well, keduanya merupakan novel yang bisa memberikan pesan hidup bagi pembacanya. Karena tidak semua orang memiliki selera bacaan yang sama maka setiap bukunya pun memiliki kekurangan masing-masing bagi pembacanya. Sabtu bersama bapak, adalah ide kreatif dari seorang ayah untuk membuat video namun disini agaknya sedikit terlalu “canggih” untuk orang tua pada masa itu untuk membuat video harian.
Letters to Karel, sebagai pembaca merasa bahwa saya harus banyak bersyukur karena dilahirkan dari keluarga yang lengkap dengan bapak dan ibu, tidak kekurangan kasih sayang, juga tidak kesulitan mendapatkan ASI. Dalam buku ini saya rasa penulis menuliskan sosok istrinya yang “terlalu” sempurna. sehingga terlihat sebagai sosok yang selalu baik dalam hidupnya, selalu menjadi sosok yang jarang memiliki kesalahan. Namun saya menyukai buku ini karena selalu mengingatkan kita untuk selalu dekat dengan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar